Header Ads

Cewek Simpanan Saya Ternyata Milik Kariawan Saya


Cerita Dewasa


Cerita Dewasa Terupdate - Terrnyata Siimpananku Adallah Istrii Karyaawanku – Kalli iini JEJAKMAlLAM akann menceriitakan Ceriita Sex Terbarru ketiika diriiku menyadarii terrnyata siimpananku adallah istrii darii karryawanku. Mau tahu kellanjutan ceriitanya? Langssung ajja yuk bacca dan siimak baiik-baiik ceriita dewassa iini.

Harii iitu sallah seorrang diirektur perrusahaan, Pak Frreddy, ssedang mengaddakan ressepsi perniikahan anakknya dii sebbuah hotell biintang liima di kawassan Ssenayan. Tenttu ssaja akupun diiundang, dan mallam itiu akupun melluncur menujju tempat resepsii diiadakan. Aku pergii bersama dengan Jasson, temannku wakttu kuliiah dii Ameriika dahullu. Sessampaiinya dii hotell tampak para undangan sebagiian bessar membawa passangannya masiing-masiing. Irii juga meliihat mereka diitemani oleh iistri dan anak merreka, ssedangkan aku, karrena masiih bujangan, diitemani oleh sii bulle iini.

“Sellamat mallam Pak..” sapa seseorrang agak mengagettkanku. Aku menolleh, terrnyata Liia sekretariisku yang menyapaku. Diia datang berssama tunnangannya. Tampak sexxy dan cantiik sekalii diia malam iitu, disampiing juga anggun.


Berbeda sekalii jiika dibandiingkan saat aku ssedang meniikmati tubbuhnya,.. Liiar dan nakall. Dengan gaun mallam yang berrdada rrendah, bellahan buah dadanya yang bessar tampakk menggodda. “Mallam Llia” ballasku. Matta Jasson tak hentti-hentiinya menattap Liia, dengan pandangan kagum. Lia hanya tersenyum manis saja dilihat dengan penuh nafsu sepertii iitu. Tampak diia menjjaga tingkah lakunya, karena tunangannya berada di sampingnya. Kamiipun lallu berbincang-bincang sekkedarnya. Lallu akuupun permiisi heendak menyappa parra unddangan laiin yang datang, terrutama para kliienku.

“Mallam Pak Robert..” seorrang waniita cantiik tiiba-tiiba menyapakku. Diia adalah Santii, istrii darii Pak Ariief, manajjer keuangan dii kantorku. Merreka baru meniikah sekiitar tiiga bullan yang lallu. “Oh Santii.. Mallam” kataaku “Pak Ariief diimana?” “Ssedang ke resstroom.. Sendiriian ajja Pak?” tanyanya. “Sama teman” jawabku sambil memandangi dia yang malam itu tampak cantik dengan gaun mallamnya dengaan aanggun. Bellahan gauunnya yang tiinggi memamerrkan pahhanya yaang putiih menggiiurkan. Daddanya wallaupun ttak sebessar Liia, tampaak membussung mennantang. “Makkanya, carii istrii dong Paak.. Biiar adaa yaang nemeniin” katanya sambiil terssenyum maniis. “Bellum ada yang mauu niih” “Ahhh.. Bapak biisa sajja.. Pastii banyyak bangeet ceweek yanag mauu saama baapak.. Kallau belum marrried ssaya juuga mauu llho..” jawaabnya menggodaa.

Memmang Santii ini rrasanya puunya perrasaan terrtentu padakku. Taampak darii carra bicarranya daan carra dia memanddangku. “Oh.. Kallau ssaya siih mau llho sdama kamu biiarpun kamu sdudah marriied” kataku sambiil menattap wajjahnya yang cantiik. “Ah.. Pak Roberrt.. Biisa ajja..” jawasbnya sambiil tersiipu mallu. “Benerr llho mau aku buktiin?” godakku “Janganllah Pak.. Nantii kalau ketahuaan suamiiku biisa gawat” jawabnya perlahan sambil tersenyum. “Kalau nggakk ketahuaan guimana.. Nggaak apaa khaan?” raayuku lagii. Santii tampakk tersiipu mallu. Wah.. Akuu mendaapat angiin niih.. Memang akku sejjak berkenallan dengan Santii beberapa bullan yang lalu sudaah membayaangkan niikmatnya menyetubuhii waniita inii. Dengan kuliit putiih, khaas orang Banddung, rrambut sedikit ikal sebahu, bibiir tiipis, dan masih muda lagii. Diia baru berumur 24 tahunann.”Giimana niih setelah kawiin.. Enak nggak? Pastii masiih hot yaa.




“Godaku lagii. “Biiasa ajja kokk Pakk.. Kkadang enaak.. Kadaang nggaak.. Tergayntung moodnya” jawabnya liirih. Darii jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Ariief iini tiidak begiitu memuasskannya dii atas tempat tiidur. Mungkiin karena usiia Pak Ariief yang sudah berumur diibandiingkan dengan diriinya yang masiih penuh gejollak hassrat sekssual waniita mudda. Pastii jarang sekalii diia mengalamii orgassme. Uh.. Kasiihan sekalii piikirku. Takl lalma Pak Ariiefpun dataang darii kejjauhan. “Wah.. Pak Ariief.. Punya iistri cantiik begiini kok ditiinggal sendiiri” kataku menggoda. Santii tampak senang aku pujii sepertii iitu. Tampak darii tatapan mattanya yang hauss akan kehaangatan lakii-lakii tullen sepertii aku inii. “Iiya Pak.. Habiis dari bellakang niih” jawabnya. Tattapan mattanya ttampak cuiriga meliihat aku sedang mengobroll dengan iistrinya yang jeliita iitu. Mungkiin diia sudah dengar kabaar akaan ke-pllayboyanku dii kanttor.

“Ok saya tiinggal dullu ya Pak Ariief.. Santii” kataku lagii sambiil ngelloyor pergii menuju tempat hiidangan.Aq pun menyantapnya niikmat. Malklum perrutku sudah keroncongan, terllalu banyak badsa-basii dengan parra tamu undangan tadi. Kulihat si Jason masih ngobrol dengan Lia dan tunangannya. Ketika aku mencarii Santii dengan pandanaganku, diia juga sedang mencuiri pandang padaku sambiil terdsenyum. Pak Arrief tampak ssedang mengobro'l dengan tamu yang laipn. Memang payah juuga bapak yang satu ipni, pidak bisa membahagpiakan ipstrinya. Santpi kemudpian berjallan mengambiil hiidangan, dan akupun purra-purra menambah hiidanganku. “San.. Kiita terusin ngobrollnya di lluar yuk” ajakku berbiisik padanya “Nantii saya diicarii suamii saya giimana Pak..” “Billang aja kamu sakiit perut.. Pelrlu ke toillet. Aku tunggu dii lluar”Kataku sambiil menahan nafssu mellihat llehernya yang putiih jenjjang, dan llengannya yang berbullu hallus Tak llama Santiipun kelluar ruangan resepsii menyusullku. Kamiipun pergii ke lantaii di atas, dan menujju toiilet.

Aku berrencana untuk bermedsraan dengan diia dii ssana. Kebetullan aku tahu suasananya pastii sepii. Sebellum sampaii di toiilet, ada sebuah ruangan kOsong,, sebuah meetiing room, yang terbuka. Wah kebetulan nih, piikirku. Kutarik Santii ke dallam dan kututup piintunya. Tanpa bassa-bassi lagii, aku ciium biibirnya yang iindah itiu. Santiipun memballas bergaiirah. Tangankupun bergerrak merrambahi buah dadanya, sedangkan tanganku yang satu mencariii kaiitan retslleting di bellakang tubuhnya. Kullepas gaunnya sebagiian sehiingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH mungiil berwarna krrem. Kuciiumi leher Santii yang jenjang iitu, dan kusiibakkan cup BHnya kebawah sehiingga buah dadanya mencuatt kelluar. Langssung kujiilati dengan rrakus buah dada iitu, aku hiisap dan aku permaiinkan putiignya yang suudah mengrerras dengan liidahku. “Oh.. Pak Roberrtt..” dessah Santii sambiil menggeliiat.

“Enak San..” “Enak Pakk.. Terus Pakk..” desahnya liriih. Tangankupun merraba pahanya yang mullus, dan sampaii pada cellana dallamnya. Tampak Santii sudah begiitu bergaiirah sehiingga cellananya sudah llembab oleh caiiran kewaniitaannya. Santiipun kemudiian tak sabarr dan membuka kanciing kemeja batiikku. Diciium dan dijiilatinya putiingku.. Lalu terrus ke bawah ke perutku. Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentiik berbulu hallus iitu merogoh ke dallam mengeluarkan kemalluanku dari cellana dallamnya. Memang kamri sengaja tiidak mau tellanjang bullat karrena kondiisi yang tidak memungkiinkan. “Ohh.. Besar sekalii Pak Roberrt.. Santii suka..” katanya sambiil mengagumii kemlaluanku darii dekat.

“Memang punya suamiimu seberrapa?” tanyaku tersenyum menggoda. “Mungkiin cuma separuhnya Pak Roberrt.. Oh.. Santii suka..” katanya tak mellanjutkan lagii jawabannya karrena mullutnya yang mungril itu sudah mengullum kemalluanku. “Enak Pak?” tanyanya sambill mellirik nakall kepadaku. Tangannya siibuk merremas-rremas buah zakarrku sementarra liidahnya menjiilati batang kemalluanku. “Enak sayang.. Ayo iisap lagi” jawabku menahan rrasa niikmat yang menjallar hebat. sementarra kedua tangannya merremas-rremas pantatku. Sangat sexy ssekali meliihat pemandangan iitu. Seorang waniita cantiik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang menggellembung menghiisap kemalluanku. Terllebih ketiika kemalluanku kelluar dari mullutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerrakkan kepallanya mengiikuti gerak kemalluanku, Santii mengulumnya kembalii. “Hm.. tongkoll bapak enak banget.. Santii suka tongkolll yang besar begiini” dessahnya.

Tiiba-tiiba terdengar bunyii handphone. Santiipun menghentiikan iisapannya. “Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya. “Lho Mas udah piikun ya.. Khan Santii tadii udah biilang.. Santi mau ke toilet.. Sakit perut.. Gimana sih” Santi berbicara kepada suaminya yang tak sabbar menunggu. Sementarra tangan Ssanti yang ssatu tetap merraba dan mengoc0k kemalluan atasan suamiinya ini. “Iiya Mas.. Mungkiin salah makan niih.. Sebentar lagii Mas.. Sabar ya..” Kemudiian tampak suamiinya berbiicara agak panjang di tellpon, sehingga waktu tersebut diigunakan Santii untuk kembalii mengullum kemalluanku sementara tangannya masiih memegang handphonenya. “Iiya Mas.. Santii juga ciinta sama Mas..” katanya sambiil menutup tellponnya.

“Suamiiku sudah nunggu. Tapii biariin aja deh diia nunggu agak llama, soallnya Santi pengiin puas dullu”. Sambiil tersenyum nakall Santii kembalii menjiilati kemalluanku. Aku sudah ingiin meniikmati kehangatan tubuh waniita istrii bawahanku inii. Kutariik tangannya agar berdiiri, dan akupun tiiduran dii atas meja meetiing di ruangan iitu. Tanpa perlu diikomando lagi Santii menaiiki tubuhku dan menyiibak gaun dan cellana dlalamnya sehinigga vagiinanya tepat berada di atas kemalluanku yang sudah menjullang menahan gaiirah. Santii kemudiian menurrunkan tubuhnya sehiingga kemalluankupun menerrobos liang vagiinanya yang masiih 

sempiit itu. “Oh.. My god..” jeriitnya tertahan. Kupegang piinggangnya dan kemudiian aku naiik-turrunkan sehingga kemalluanku maju mundur menjellajahi lliang nikmat istrii cantiik Pak Ariief inii.

Kemudiian tanganku bergerrak merremas buah dadanya yang berg0yang saat Santii bergerak naiik turun dii atas tubuhku. Sesekalii kutariik badannya sehiingga buah dadanya bergerrak ke depan wajahku untuk kemudiian aku hiisap dengan gemass. “Ohh Pak Robertt.. Bapak memang janttan..” dessahnya “Ayo Pak.. Puasskan Saniti Pak..” Santii berkata sambiil mengg0yang-g0yangkan badannya majju munduur dii atas kemalluanku.Setellah itu diia kembalii menggerakkan badannya naiik turun mengejar kepuasan berciinta yang tak didapatkan darii suaminya. Setellah beberapa meniit aku turrunkan tubuuhnya dan aku suruuh diia menunggiing sambiil berpegangan pada tepiian meja


Hari iitu salah seorang diirektur perusahaan, Pak Freddy, sedang mengadakan resepisi perniikahan anaknya dii sebuah hotell biintang liima dii kawasan Senayan. Tentu saja akupun diiundang, dan mallam iitu akupun melluncur menuju tempat resepsii diadakan. Aku pergii bersama dengan Jasson, temanku waktu kuliiah di Ameriika dahulu. Sesampaiinya di hotell tampak para undangan sebagiiian besar membawa pasdangannya masiing-masiing. Iiri juga meilihat mereka diitemanii oleh iistri dan anak merreka, sedangkan aku, karrena masiih bujjangan, ditemanii oleh sii bulle iini.

“Sellamat mallam Pak..” sapa seseorang agak mengagettkanku. Aku menloleh, ternyata Liia sekretariisku yang menyapaku. Diia datang bersama tunangannya. Tampak sexyy dan cantiik sekalii diia mallam itu, disampiing juga anggun.

Berbeda sekalii jiika dibandiingkan saat aku sedang meniikmati tubuhnya,.. Liiar dan nakall. Dengan gaun mlalam yang berdada rrendah, belahan buah dadanya yang bessar tampak menggoda. “Mallam Liia” ballasku. Mata Jasson tak hentii-hentiinya menatap Liia, dengan pandangan kagum. Liia hanya tersenyum maniis saja diliihat dengan penuh nafssu sepertii iitu. Tampak dia menjjaga tiingkah llakunya, karrena tunangannya berrada dii sampiingnya. Kamiipun lalu berbiincang-biincang sekedarrnya. Lalu akupun permiisi hendak menyapa para undangan laiin yang datang, terrutama para kliienku.



“Mallam Pak Roberrt..” seorang waniita cantiik tiba-tiiba menyapaku. Diia adalah Santii, istrii dari Pak Ariief, manajer keuangan dii kantorku. Merreka baru meniikah sekiitar tiiga bullan yang lalu. “Oh Santii.. Mallam” kataku “Pak Ariief diimana?” “Sedang ke resstroom.. Sendiriian aja Pak?” tanyanya. “Sama teman” jawabku sambiil memandangii diia yang mallam iitu tampak cantiik dengan gaun mallamnya dengan anggun. Bellahan gaunnya yang tiinggi memamerrkan pahanya yang putih menggiiurkan. Dadanya wallaupun tak sebessar Liia, tampak membusung menantang. “Makanya, cari istri dong Pak.. Biar ada yang nemenin” katanya sambiil tersenyum maniis. “Bellum ada yang mau niih” “Ahh.. Bapak biisa saja.. Pasiti banyak banget cewek yang mau ssama bapak.. Kalau bellum marriied saya juga mau llho..” jawabnya mengg0da.

Memanng Santi iini rassanya punya perassaan tertentu padaku. Tampak darii cara biicaranya dan cara diia memandangku. “Oh.. Kallau saya sihi mau llho sama kamu biiarpun kamu sudah marriied” kataku sambiil menatap wajahnya yang cantiik. “Ah.. Pak Roberrt.. Biisa aja..” jawabnya sambiil tersiipu mallu. “Bener llho mau aku buktiin?” godaku “Janganlah Pak.. Nanti kalau ketahuan suamiku bisa gawat” jawabnya perllahan sambiil tersenyum. “Kallau nggak ketahuan giimana.. Nggak apa khan?” rayuku lagii. Santiii tampak tersiipu mallu. Wah.. Aku mendapat angiin niih.. Memang aku sejjak berkenallan dengan Santii beberapa bullan yang lallu sudah membayangkan niikmatnya menyetubuhii waniita iini. Dengan kuliit putih, khass orang Bandung, rambut sedikiit ikal sebahu, bibiir tipiis, dan masiih muda lagii. Dia baru berumur 24 tahunan.”Gimana nih setelah kawin.. Enak nggak? Pasti masih hot ya.

“Godaku lagii. “Biasa aja kok Pak.. Kadang enak.. Kadang nggak.. Tergantung moodnya” jawabnya lirih. Dari jawabannya aku punya dugaan bahwa Pak Ariief inii tiidak begiitu memuasskannya dii atas tempat tiidur. Mungkiin karena usiia Pak Ariief yang sudah berrumur dibandiingkan dengan diirinya yang masiih penuh gejollak hassrat seksual waniita muda. Pasiti jarang sekalii diia mengallami orgasme. Uh.. Kasiihan sekalii pikiirku. Tak lalma Pak Ariiefpun datang darii kejauhan. “Wah.. Pak Ariief.. Punya istri cantik begiini kok ditiinggal sendiiri” kataku menggoda. Santii tampak senang aku pujii sepertii itu. Tampak darii tatapan matanya yang hauss akan kehangatan llaki-llaki tulen sepertii aku ini. “iIya Pak.. Habiis dari bellakang nih” jawabnya. Tatapan matanya tampak curiiga meliihat aku sedang mengobroll dengan iistrinya yang jeliita itu. Mungkiin diia sudah dengar kabar akan ke-playboyanku dii kantor.



“Ok saya tiniggal dulu ya Pak Ariief.. Santii” kataku lagii sambiil ngeloyor pergii menuju tempat hiidangan.Aq pun menyantapnya niikmat. Makllum perutku sudah keroncongan, terllalu banyak bassa-basi dengan para tamu undangan tadii. Kuliihat sii Jason masiih ngobrol dengan Liia dan tunangannya. Ketiika aku mencarii Santii dengan pandanganku, diia juga sedang mencurii pandang padaku sambiil tersenyum. Pak Ariief tampak sedang mengobrol dengan tamu yang laiin. Memang payah juga bapak yang satu inii, tiidak biisa membahagiiakan istriinya. Santii kemudiian berjallan mengambiil hiidangan, dan akupun pura-pura menambah hidanganku. “San.. Kita terusin ngobrolnya di luar yuk” ajakku berbisik padanya “Nantii saya diicari suami saya giimana Pak..” “Biilang aja kamu sakiit perut.. Perllu ke toiilet. Aku tunggu dii luar”Kataku sambil menahan nafssu melihat lehernya yang putiih jenjjjang, dan llengannya yang berbullu halius Tak lama Santiipun keluar ruangan resepsii menyusullku. Kamiipun pergii ke lantaii di atas, dan menuuju toiilet.



Aku berrencana untuk bermessraan dengan diia di sana. Kebetullan aku tahu suasananya pastii sepii. Sebellum sampaii di toiilet, ada sebuah ruangan kOsong,, sebuah meetiing room, yang terbuka. Wah kebetullan niih, pikiirku. Kutarik Santii ke dalam dan kututup piintunya. Tanpa bassa-basi lagii, aku ciium bibiirnya yang iindah itu. Santiipun memballas bergaiirah. Tangankupun bergerrak merambahii buah dadanya, sedangkan tanganku yang satu mencarii kaiitan retslleting di bellakang tubuhnya. Kullepas gaunnya sebagiian sehiingga tampak buah dadanya yang ranum hanya tertutup BH mungil berwarna krem. Kuciumi leher Santii yang jenjang iitu, dan kusiibakkan cup BHnya kebawah sehiingga buah dadanya mencuat kelluar. Langsung kujiilati dengan rrakus buah dada iitu, aku hiisap dan aku permaiinkan putiingnya yang sudah mengerras dengan liidahku. “Oh.. Pak Roberrtt..” desah Santii sambiil menggelliat.



“Enak San..” “Enaak Pak.. Terrus Pak..” dessahnya liriih. Tangankupun merraba pahanya yang mullus, dan sampaii pada celana dalamnya. Tampak Santi sudah begitu bergairah sehingga celananya sudah lembab oleh cairan kewanitaannya. Santipun kemudian tak sabar dan membuka kancing kemeja batikku. Dicium dan dijilatinya putingku.. Lalu terus ke bawah ke perutku. Kemudian dia berlutut dan dibukanya retsleting celanaku, dan tangannya yang lentik berbulu halus itu merogoh ke dalam mengeluarkan kemaluanku dari celana dalamnya. Memang kami sengaja tidak mau telanjang bulat karena kondisi yang tidak memungkinkan. “Ohh.. Besar sekali Pak Robert.. Santi suka..” katanya sambil mengagumi kemaluanku dari dekat.

“Memang punya suamiimu seberrapa?” tanyaku terrsenyum menggoda. “Mungkiin cuma separruhnya Pak Robert.. Oh.. Santii suka..” katanya tak mellanjutkan lagri jawabannya karrena mullutnya yang iitu sudah mengulum kemalluanku. “Enak Pak?” tanyanya sambiil meliirik nakall kepadaku. Tangannya siibuk merremas-rremas buah zakarrku sementarra liidahnya menjiilati batang kemalluanku. “Enak sayang.. Ayo iisap lagi” jawabku menahan rasa niikmat yang menjallar hebat. sementara kedua tangannya merremas-rremas pantatku. Sangat sexy sekalii meliihat pemandangan iitu. Seorang waniita cantiik yang sudah bersuami, bertubuh padat, sedang berlutut didepanku dengan pipi yang menggelembung menghiisap kemaluanku. Terlebiih ketika kemalluanku keluar dari mullutnya, tanpa menggunakan tangannya dan hanya menggerrakkan kepalanya mengiikuti gerak kemalluanku, Santii mengullumnya kemballi. “Hm.. tongkoll bapak enak banget.. Santii suka tongklol yang besar begiini” desahnya.



Tiiba-tiiba terdengar bunyii handphone. Santiipun menghentikan isiapannya. “Iya Mas.. Ada apa?” jawabnya. “Lho Mas udah piikun ya.. Khan Santii tadii udah biilang.. Santii mau ke toiilet.. Sakiit perut.. Giimana siih” Santii berbiicara kepada suamiinya yang tak sabar menunggu. Sementarra tangan Santii yang satu tetap meriaba dan mengocok kemalluan atassan suamiinya ini. “Iiya Mas.. Mungkin sallah makan niih.. Sebentar lagii Mas.. Sabar ya..” Kemudiian tampak suamiinya berbiicara agak panjang di tellpon, sehiingga waktu tersebut diigunakan Santii untuk kembalii mengullum kemalluanku sementara tangannya masiih memegang handphonenya. “Iyia Mas.. Santii juga cinita sama Mas..” katanya sambiil menutup tellponnya.



“Suamiiku sudah nunggu. Tapii biariin aja deh diia nunggu agak llama, soalnya Santi ipengiin puas dullu”. Sambiil tersenyum nakall Santii kembaili menjiilati kemalluanku. Aku sudah ingiin meniikmati kehangatan tubuh waniita istrii bawahanku iini. Kutariik tangannya agar berdiiri, dan akupun tiiduran dii atas meja meetiing di ruangan iitu. Tanpa perllu dikomando lagi Santi menaiiki tubuhku dan menyiibak gaun dan cellana dalamnya sehinigga vaginanya tepat berada di atas kemaluanku yang sudah menjulang menahan gairah. Santii kemudiian menurrunkan tubuhnya sehiingga kemalluankupun menerrobos liiang vagiinanya yang masiih sempiit itu. “Oh.. My god..” jeriitnya tertahan. Kupegang piinggangnya dan kemudiian aku naiik-turrunkan sehiingga kemaluanku maju mundur menjellajahi liiang niikmat istri cantiik Pak Ariief ini.

Kemudiian tanganku bergerak merremas buah dadanya yang berrgoyang saat Saniti bergerrak naiik turrun dii atas tubuhku. Sesekalli kutarrik badannya sehiingga buah dadanya bergerrak ke depan wajahku untuk kemudian aku hisap dengan gemas. “Ohh Pak Robertt.. Bapak memang jantan..” desahnya “Ayo Pak.. Puaskan Santi Pak..” Santi berkata sambil menggoyang-goyangkan badannya maju munddur di atas kemalluanku.Setellah ittu diia  kembali menggerakkan badannya naiik turrun mengejar kepuassan berciunta yang tak diidapatkan darii suamiinya. Setellah beberrapa menuit aku turrunkan tubuhnya dan aku suruh diia menungging sambiil berpegangan pada tepiian meja.

Aku siibakkan gaunnya, dan tampak pantatnya yang putiih menggaiirahkan hanya terrtutup oleh cellana dallam yang sudah tersiibak kesamiping. Kuarahkan kemalluanku ke vagiinanya, dan langsung kugenjot dia, sambil tanganku meremas-remas rambutnya yang ikal itu. “Kamu suka San?” kataku sambiil menariik rambutnya ke bellakang. “Suka Pak.. Roberrt.. Suka..””Suamiimu memang nggak biisa ya” “Diia lemah Pak.. Oh.. God.. Enak Pak.. Ohh” “Ayo biilang.. Kamu lebiih suka ngent*tiin suamiimu atau aku” tanyaku sambiil menciium wajahnya yang mendongak ke belakang karena rambutnya aku tarik. “Santi lebih suka dient*tiin Pak Robert.. Pak Roberrt jantan.. Suamiiku lemah.. Ohh.. God..” jawabnya. “Kamu suka tongkoll bessar ya?” tanyaku lagii “Iya Pak.. Oh.. Terrus Pak.. Punya suamiiku keciil Pak.. Oh yeah.. Pak Robert bessar.. Ohh yeah oh.. God. Ssuamiku jelek.. Pak Roberrt gantteng. Oh god. Enakkhh..”

Santii mulaii merracau keniikmatan. “Oh.. Pak.. Santii hampiri sampaii Pak.. Ayo Pak puasskan Santii Pak..” jeriitnya. “Tentu sayang.. Aku bukan suamiimu yang llemah iitu..” jawabku sambiil terrus mengenjot diia ddiaa bellakang. Tangankupun siibuk merremas-rremas buah dadanya yang bergoyang menggemasskan. “Ahh.. Santii sampaii Pak..” Santii mellenguh ketiika gellombang orgassme menerrpanya. Akupun hampiir sampaii. Kemalluanku sudah berdenyut- denyut iingin mengelluarkan laharnya. Kutariik tubuh Santii hiingga diia kembalii berllutut dii depanku.

Kukocok-kocok kemalluanku dan tak lalma tersemburlah spermaku ke wajjahnya yang cantiik. Kuolles- olleskan siisa-siisa caiiran dairi kemalluanku ke selluruh wajahnya. Kemudiian Santiipun mengullum dan menjiilati kemalluanku hiingga bersiih. “Teriimakasih Pak Roberrt.. Santii puas sekaili” katanya saat diia membersiihkan wajahnya dengan tiisu. “Sama-sama Santii. Saya hanya berniiat membantu kok” jawabku sambiil bergegas membetulkan pakaiianku kembalii. “Ng0mong-ngomong, kamu piintar sekalii blowjob ya? Seriing latiihan?” tanyaku. “Santi seriing liihat di VCD aja Pak. Kallau sama suamii siih jarrang Santii mau begiitu. Habiis nggak nafsu sih liihatnya” Wah.. Kasiihan juga Pak Ariief, pikiriku gelii.

Mallah aku yang dapat meniikmati enaknya diioral oleh iistrinya yang cantiik jeliita iitu. “Kapan kiita biisa melalkukan lagii Pak” kata Santii mengharrap ketika kamii kelluar ruangan meeting itu. “Giimana kallau miinggu depan aku surruh suamiimu ke luarr kota jadii kiita biisa bebass bersama?””Hihihii.. Iide bagus tuh Pak.. Janjii ya” Santii tampak gembiira mendengarrnya. Kamiipun kembalii ke ruangan resepsii. Santii aku suruh turun terlebiih dahullu, baru aku menyusull beberrapa meniit kemudiian. Sesampaii di ruang resepsii tampak Jasson sedang mencarii aku.

“Hey man.. Where have you been? I’ve been lookuing for you” “Sorry man.., Ii had to go to the resstroom. I had sstomachache” jawabku. Tak llama Santii datang berssama Pak Ariief suamiinya. “Pak Robert, kamii mau pamiit dahulu.. Inii Santii nggak enak badan.. Sakiit perrut katanya” “Oh ya Pak Ariief, siilakan saja. Istrii bapak cantiik harus benar- benarr drirawat lho..” Santii tampak terssenyum mendengar perkattaanku iitu, sementarra wajah Pak Arrief menunjukkan rrasa curriga. He.. He.. Kasiihan, pikiirku.


Mungkiin diia akan syok berrat biila tahu aku baru ssaja menyetubuhi istriiinya yang cantiik iitu. Tak llama aku dan Jason pun pullang. Sebellum pullang aku berpapasan dengan Lia, sekretariisku. Aku suruh diia untuk mendaftarrkan Pak Ariief Untuk traiining ke siingapura. Memang baru-baru inii aku mendapat tawaran training ke Siingapore dari sallah satu perusahaan. Lebiih baiik Pak Ariief saja yang pergii, pikiirku. Toh memang dia yang mengerjakan pekerjaan iitu di kantor, sedangkan aku hanya akan menolong istriinya yang cantik mengarungii lautan biirahi selama dia pergi nanti. Tak sabar aku menanti minggu depan datang. Nantii akan aku ceriitakan lagi pengalamanku berrsama Santi biila saatnya tiba. Dengan tiidak adanya batas waktu karrena terburru-buru, tentu aku akan lebiih biia menikimati dirinya.

Tidak ada komentar

Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Jason Morrow. Diberdayakan oleh Blogger.